Jawaban
1. Dalam suatu perusahaan, tugas seorang manager merupakan sesuatu yang sangat berat,
dimana seorang manager, selain menjadi seorang atasan dalam suatu perusahaan, seorang
manager juga harus bertugas sebagai pembuat keputusan, dimana keputusan tersebut, menjadi konsep dasar penyelesaian sebuah pekerjaan, sehingga seorang manager dalam
pembuatan keputusan haruslah dengan teliti, dan mengatasi segala kemungkingan yang terjadi atas semua keputusan dari seorang manager. Untuk mengambil keputusan, perlu dipikirkan agar hasil keputusan efektif. Untuk mendapatkan keputusan yang efektif perlu diperhatikan beberapa hal, sebagai berikut:
dimana seorang manager, selain menjadi seorang atasan dalam suatu perusahaan, seorang
manager juga harus bertugas sebagai pembuat keputusan, dimana keputusan tersebut, menjadi konsep dasar penyelesaian sebuah pekerjaan, sehingga seorang manager dalam
pembuatan keputusan haruslah dengan teliti, dan mengatasi segala kemungkingan yang terjadi atas semua keputusan dari seorang manager. Untuk mengambil keputusan, perlu dipikirkan agar hasil keputusan efektif. Untuk mendapatkan keputusan yang efektif perlu diperhatikan beberapa hal, sebagai berikut:
1) Kualitas putusan (Quality of Decision) Dalam suatu pengambilan keputusan, seorang pimpinan harus memiliki sejumlah informasi yang cukup dan relevan . Kualitas keputusan akan semakin baik apabila selaku pimpinan cukup mempunyai kesempatan mendapatkan informasi yang relevan, bahwa informasi tersebut berkaitan dengan masalah yang dihadapi dan memang diperlukan. Keterlibatan bawahan dalam menyajikan informasi sangat penting, karena bagaimanapun juga anda sebagai pimpinan, tidak mempunyai kesempatan untuk mengerjakan masalah teknis.
2) Tingkat penerimaan keputusan (Acceptance of Decision) Suatu keputusan yang dapat diterima oleh bawahan serta mendapat dukungan berupa komitmen yang kuat dari mereka, maka keputusan itu termasuk keputusan yang berkualitas. Sebab harus diingat bahwa keputusan yang dibuat pimpinan secara operasional akan lebih banyak dikerjakan oleh bawahan anda. Apabila bawahan manajer tidak melaksanakannya dengan baik, maka kualitas keputusan diambil manajer masih diragukan.
3) Efisiensi waktu (Time of Efficiency) Dalam praktek, sering terjadi suatu persoalan dibicarakan berlarut-larut tanpa menghasilkan suatu keputusan. Ada saatnya, karena terbatasnya waktu, keputusan harus segera dibuat, agar pelayanan dan informasi berjalan lancer dan berjalan di waktu yang tepat.
2. Karakteristik atau sifat –sifat dari Proses Pengambilan Keputusan yang Efektif yaitu,
1.Fokus pada hal yang penting.
2.Logis dan konsisten.
3.Mengakui pemikiran subyektif dan obyektif dan mengkombinasikan pemikiran analitis dan intuitif.
4.Membutuhkan sebanyak mungkin informasi dan analisis untuk menyelesaikan dilema yang terjadi.
5.Mendorong dan mengarahkan pengumpulan informasi yang relevan dan pendapat yang diinformasikan.
6.Langsung, bisa diandalkan, mudah digunakan, dan fleksibel.
1.Fokus pada hal yang penting.
2.Logis dan konsisten.
3.Mengakui pemikiran subyektif dan obyektif dan mengkombinasikan pemikiran analitis dan intuitif.
4.Membutuhkan sebanyak mungkin informasi dan analisis untuk menyelesaikan dilema yang terjadi.
5.Mendorong dan mengarahkan pengumpulan informasi yang relevan dan pendapat yang diinformasikan.
6.Langsung, bisa diandalkan, mudah digunakan, dan fleksibel.
3. Terprogram
Keputusannya rutin dan berulang-ulang. Suatu Organisasi mengembangkan proses khusus bagi penanganannya. Misalnya, dalam proses pengerjaannya melalui prosedur tertentu, Organisasi nya tersusun dengan baik karena semuanya terstruktur.
Tidak Terprogram:
Keputusan sekali dipakai, disusun tidak sehat dan kebijaksanaan.Ditangani dengan proses pemecahan masalah umum. Misalnya, Proses pengerjaannya secara coba-coba dan memerlukan latihan para pelaksananya karena organisasi tidak tersusun dengan baik dan teratur.
4. Gaya 1. Instruksi,
Gaya ini dicirikan dengan komunikasi satu arah. Pemimpin memberikan batasanm peranan pengikutnya dan memberitahu mereka tentang apa, bagaimana, bilamana dan dimana melaksanakan berbagai tugas. Pemecahan masalah dan pembuatan keputusan semata-mata dilakukan oleh pemimpin, dan pelaksanannya diawasi secara ketat oleh pemimpin.
Gaya 2. Konsultasi,
Gaya 2. Konsultasi,
Pemimpin banyak memberikan pengarahan dan masih membuat hamper sama dengan keputusan, tetapi hal ini diikuti dengan meningkatkan komunikasi dua arah. Dan perilaku mendukung. Meskipun dukungan ditingkatkan, pengendalian (control) atas pengambilan keputusan tetap pada pemimpin.
Gaya 3. Partisipasi
Gaya 3. Partisipasi
Posisi control atas pemecahan masalah dan pembuatan keputusan dipegang secara bergantian. Komunikasi dua arah ditingkatkan, dan peranan pemimpin adalah secara aktif mendengar. Tanggung jawab pemecahan masalah dan pembuatan keputusan sebagian besar berada pada pihak pengikut.
Gaya 4. Delegasi
Gaya 4. Delegasi
Pemimpin mendistribusikan masalah bersama-sama dengan bawahan sehingga tercapai kesepakatan mengenai definisi masalah yang kemudian proses pembuatan keputusan didilegasikan secara keseluruhan kepada bawahan. Sekarang bawahanlah yang memiliki control untuk memutuskan tentang bagaimana cara pelaksanaan tugas.
5. Ada 3 Kondisi dalam pengambilan keputusan yaitu:
1) Kondisi Kepastian (Certainty)
Para pembuat keputusan mengetahui apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang, karena tersedia informasi yang akurat,terpercaya, dan dapat diukur sebagai dasar keputusan. Dalam situasi ini, situasi dimasa datang dapat diperkirakan dengan pasti.
2) Kondisi Resiko (Risk)
Para pembuat keputusan mengetahui besarnya probabilitas setiap kemungkinan hasil, tetapi informasi lengkap tidak tersedia.
3) Kondisi Ketidakpastian (Uncertainty)
Para pembuat keputusan tidak mengetahui besarnya probabilitas atau bahkan tidak mengetahui kemungkinan-kemungkinan hasil. Kondisi ketidakpastian pada umumnya menyangkut keputusan-keputusan kritis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar